Selasa, 10 Juni 2014

Kesombongan adalah dosa yang sulit dihindari

 Adapun definisi sombong sebagaimana disinyalir oleh Rasulullah dalam riwayat Muslim yaitu “Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia”(Riwayat Muslim)
“Sombong adalah keadaan seseorang yang merasa bangga dengan dirinya sendiri. Memandang dirinya lebih besar dari pada orang lain, Kesombongan yang paling parah adalah sombong kepada Rabbnya dengan menolak kebenaran dan angkuh untuk tunduk kepada-Nya baik berupa ketaatan ataupun meng esakan-Nya”.
Orang sombong merasa lebih dan hebat  pada diri sendiri, kemudian ditambah dengan sifat suka menghina dan merendahkan orang lain. Begitu sombongnya Iblis yang enggan sujud kepada Nabi Adam. Tidak cukup dengan kesombongannya kepada Allah, lalu ia berkata : “Mana bisa aku bersujud kepada manusia, kerana aku dijadikan dari api yang mulia, sedangkan Adam dijadikan dari tanah yang hina. Penyakit sombong bisa menyerang siapa saja, baik lelaki atau perempuan, golongan bangsawan atau bawahan, pejabatan tinggi sampai pengemis di jalanan.
Di dalam Al-Quran, Allah SWT telah memberikan peringatan  kepada umat manusia akan kebencianNya terhadap manusia yang berlaku  sombong :
“Dan janganlah engkau memalingkan mukamu (karena memandang rendah) kepada manusia, dan janganlah engkau berjalan di bumi dengan bersikap sombong; sesungguhnya Allah tidak suka kepada tiap-tiap orang yang sombong takabur, lagi membanggakan diri.” [surah Luqman, ayat 18]
Sombong juga merupakan perdurhakaan terhadap Rasul dan ajaranNYA, seperti Firaun yang mengaku dan menganggap dirinya tuhan, tidak mengaku Nabi Musa sebagai rasul utusan Allah.Begitu juga Abu Lahab serta kaum Quraisy yang enggan menerima Muhammad SAW sebagai nabi akhir zaman.
Iman Al-Ghazali menyimpulkan ada tujuh indikasi  untuk mengenali seseorang  mempunyai  penyakit hati yang merbahaya ini :
  • Pertama,  seseorang karena pengetahuannya, dan merasa dengan ilmunya itu hanya dia yang paling hebat dan menganggap semua orang lain tidak mengerti apa-apa , sehingga pendapat orang lain dianggap tidak berguna.
Orang seperti ini, selalu menghendaki dirinya  dihormati oleh orang lain,disanjung oleh khalayak ramai, oleh atasannya, bawahannya serta sentiasa meminta diberi pelayanan yang baik dan selalu merasa minta dihargai.
Rasulullah SAW bersabda:
“Tidak akan masuk neraka, orang yang di dalam hatinya ada seberat sebiji sawi keimanan, dan tidak akan masuk syurga yang di dalam hatinya ada seberat biji sawi dari kesombongan.” (Hadis riwayat Muslim dan Abu Daud)
  • Kedua, berlebihan dalam  beribadah . Penyakit orang ahli ibadah (seorang abid) yang merasa diri mereka  banyak beribadah  dibandingkan  dengan orang lain sehingga menganggap orang lain tidak mampu beribadah seperti yg mereka lakukan.
Sedangkan mereka terpedaya dengan tipu daya syaitan. Rasulullah SAW mengingatkan melalui sabdanya:
“Bahwa siapa yang memuji dirinya sendiri atas suatu amal saleh, berarti sudah tersesat dari rasa syukurnya, dan gugurlah segala amal perbuatannya.”
Jika kita mempunyai sifat seperti ini, misalkan menghina orang yang tidak sholat atau ketika melihat orang berbuat maksiat lantas bergumam dalam hati , “Apa jadinya dengan kamu semua. Mengapa tidak alim dan shaleh seperti aku,” maka hal demikian adalah dalam kategori  orang yang berpenyakit sombong. Oleh itu, bersegeralah bertaubat atas hal ini.
  •  Ketiga  sombong  karena  membanggakan keturunan, asal usul(latar belakang) pendidikan,keluarga  mulia/bangsawan, suka menyebut nama gelar2 dunia yg  berasal dari nenek moyang yang dulunya dikatakan keramat atau hebat.
·         Keempat  merasa diri cantik/tampan dan sempurna dan memandang orang lain dengan hina, seperti merendahkan ciptaan Allah SWT. hingga  menyindir atau menyebut  gelar tidak baik kepada orang lain seperti pendek, berkulit hitam atau gemuk.

·         Kelima merasa kelebihan HARTA, berbangga diri dengan kekayaan yang ada, rumah besar, mobil mewah hingga memandang rendah orang yang kurang berada.
Lihatlah apa yang telah terjadi kepada Namrud, Firaun, Haman dan Qarun yang mana mereka ini adalah diantara manusia yang telah diberikan kekuasaan dan kekayaan yang besar di atas muka bumi tetapi bersikap sombong. Mereka telah kembali kepada Tuhan mereka dengan keadaan hina. Kekuasaan dan kekayaan mereka lenyap dengan serta-merta apabila mereka menemui ajal.
  • Keenam,sombong karena kekuasaan. Sehingga semua orang dengan mudah dizalimi dan dibuat tidak merasa nyaman atas  kesewenang-wenangannya
  •  ketujuh kata Imam Ghazali, ialah sombong dan berbangga karena banyak pengikutnya, sepertinya orang alim berbangga dengan banyak  murid yang memuji.

HUKUM SOMBONG
Sombong haram hukumnya dan termasuk dosa besar. Ayat2 diatas telah dengan tegas menjelaskannya.dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh” maksudnya janganlah kamu menjadi orang yang sombong, keras kepala, lagi berbuat semenamena. Jangan kamu lakukan semua itu yang menyebabkan Allah akan murka kepadamu” (Tafsir Ibnu Katsir 3/417)
Rasul saw bersabda :“Tidak akan masuk sorga orang yang dalam hatinya ada sifat sombong,
walaupun hanya seberat biji sawi” (Riwayat Muslim)
Seorang sahabat bertanya kepada Nabi Saw:“Sesungguhnya seseorang menyukai kalau pakainnya itu indah atau sandalnya juga baik”  Rasulullah Saw bersabda: “Sesungguhnya Allah Swt adalah Maha Indah dan menyukai keindahan. Sifat sombong adalah mengabaikan kebenaran dan memandang rendah manusia yang lain” [HR Muslim]
” Dari al-Aghar dari Abu Hurarirah dan Abu Sa’id, Rasulullah Saw bersabda: “Allah Swt berfirman; Kemuliaan adalah pakaian-Ku, sedangkan sombong adalah selendang-Ku. Barang siapa yang melepaskan keduanya dari-Ku, maka Aku akan menyiksanya”. [HR Muslim]
 Sesungguhnya mudah bagi seseorang meninggalkan dosa-dosa besar, namun ada beberapa dosa yang bersifat halus dan tersembunyi sehingga tidak disadari seseorang, atau kalau pun yang bersangkutan menyadarinya tetap saja sulit baginya untuk membuangnya. Sebagai contoh, demam typhus yang merupakan penyakit berat yang diikuti demam tinggi, bisa segera diobati dengan obat yang tepat, tetapi tuberkulosa yang bekerja diam-diam tak terlihat malah lebih sulit pengobatannya.

Begitu juga dengan dosa-dosa halus yang tersembunyi dengan akibat manusia bersangkutan tidak bisa mencapai derajat keruhanian yang luhur. Bentuknya adalah dosa-dosa akhlak yang menimbulkan gangguan dalam kehidupan sosial. Perbedaan sedikit saja dalam status sosial telah menimbulkan kedengkian, kebencian, kecemburuan, kemunafikan dan ketakaburan dimana seseorang lalu memandang rendah saudaranya. Kalau ada seseorang yang melakukan shalat secara patut selama beberapa hari dan orang-orang memujinya karena itu, ia lalu menjadi korban kesombongan dan rasa harga diri tinggi sehingga kehilangan ketulusan yang sebenarnya menjadi tujuan pokok daripada peribadatan.

Jika Allah s.w.t. mengaruniakan kekayaan, pengetahuan, status sosial yang tinggi atau kehormatan, orang cenderung mulai memandang rendah saudaranya yang lain yang tidak memperoleh karunia tersebut. Bila karena sifat keras kepala atau rasa permusuhan, hubungan seseorang dengan saudaranya menjadi buruk, biasanya ia cenderung menyibukkan dirinya siang dan malam mencari-cari kesalahan saudaranya atau mengadukannya kepada yang berwenang dengan cerita kelemahan yang dikarang-karang agar ia bisa menggantikan posisi saudaranya itu, padahal ia sendiri yang mempunyai kelemahan dimaksud.

Semua itu merupakan dosa-dosa tersembunyi yang sulit dibuang. Sifat takabur/kesombongan termasuk di dalamnya dan dimanifestasikan dalam berbagai bentuk. Para pemuka agamapun juga ada yang menderita penyakit ini berkaitan dengan pengetahuan yang dimilikinya.  Mereka menyibukkan diri sepanjang waktu mencari-cari kesalahan satu sama lain di bidang intelektual dengan tujuan mempermalukan dan merendahkan yang lainnya. Sulit sekali mengenyahkan dosa-dosa halus seperti itu padahal termasuk dosa yang tidak diampuni menurut kaidah Ilahi.

Tidak hanya manusia awam yang terjangkiti dosa ini, karena juga terdapat pada orang-orang yang biasa menghindari dosa-dosa umum serta dipandang sebagai ulama, cendekiawan atau mereka yang berderajat tinggi. Terhindarnya dari dosa-dosa tersembunyi tersebut bagaikana sejenis kematian. Sampai seseorang lepas dari kegelapan dosa demikian maka ia tidak akan pernah mencapai kesucian nurani dan menjadi pewaris dari segala anugerah dan keluhuran yang dikaruniakan Allah s.w.t. kepada mereka yang telah disucikan kalbunya.

Beberapa orang menganggap dirinya telah lepas dari keburukan akhlak demikian, tetapi ketika mereka bertemu dengan orang lainnya, langsung saja mereka bangkit dan tidak mampu menekan perasaan memandang diri lebih serta ketakaburan mereka dengan memperlihatkan manifestasi akhlak rendah yang mereka kira telah mereka tinggalkan. Pada saat seperti itulah akan terlihat bahwa mereka sebenarnya belum lepas dari dosa-dosa dimaksud dan belum memperoleh kemaslahatan serta masih jauh dari tingkat kesucian kalbu yang menjadi ciri dari orang-orang muttaqi.

Semua ini menunjukkan bahwa kesucian akhlak adalah suatu hal yang sangat sulit dicapai dan tak mungkin diperoleh tanpa rahmat Allah s.w.t. Rahmat demikian bisa diperoleh dengan tiga cara, yaitu, pertama, berusaha dan berencana, kedua, shalat dan berdoa, dan ketiga, memelihara silaturrahmi dengan seorang yang muttaqi. (Khutbah-khutbah, hal. 17-18).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar