Adapun definisi sombong sebagaimana disinyalir oleh Rasulullah dalam riwayat
Muslim yaitu “Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia”(Riwayat
Muslim)
“Sombong adalah keadaan seseorang
yang merasa bangga dengan dirinya sendiri. Memandang dirinya lebih besar dari
pada orang lain, Kesombongan yang paling parah adalah sombong kepada Rabbnya
dengan menolak kebenaran dan angkuh untuk tunduk kepada-Nya baik berupa
ketaatan ataupun meng esakan-Nya”.
Orang sombong merasa lebih dan
hebat pada diri sendiri, kemudian ditambah dengan sifat suka menghina dan
merendahkan orang lain. Begitu sombongnya Iblis yang enggan sujud kepada Nabi
Adam. Tidak cukup dengan kesombongannya kepada Allah, lalu ia berkata : “Mana
bisa aku bersujud kepada manusia, kerana aku dijadikan dari api yang mulia,
sedangkan Adam dijadikan dari tanah yang hina. Penyakit sombong bisa menyerang
siapa saja, baik lelaki atau perempuan, golongan bangsawan atau bawahan,
pejabatan tinggi sampai pengemis di jalanan.
Di dalam Al-Quran, Allah SWT telah
memberikan peringatan kepada umat manusia akan kebencianNya terhadap
manusia yang berlaku sombong :
“Dan janganlah engkau memalingkan
mukamu (karena memandang rendah) kepada manusia, dan janganlah engkau berjalan
di bumi dengan bersikap sombong; sesungguhnya Allah tidak suka kepada tiap-tiap
orang yang sombong takabur, lagi membanggakan diri.” [surah Luqman, ayat 18]
Sombong juga merupakan perdurhakaan
terhadap Rasul dan ajaranNYA, seperti Firaun yang mengaku dan menganggap
dirinya tuhan, tidak mengaku Nabi Musa sebagai rasul utusan Allah.Begitu juga
Abu Lahab serta kaum Quraisy yang enggan menerima Muhammad SAW sebagai nabi
akhir zaman.
Iman
Al-Ghazali menyimpulkan ada tujuh indikasi untuk mengenali seseorang
mempunyai penyakit hati yang merbahaya ini :
- Pertama, seseorang karena pengetahuannya, dan merasa dengan ilmunya itu hanya dia yang paling hebat dan menganggap semua orang lain tidak mengerti apa-apa , sehingga pendapat orang lain dianggap tidak berguna.
Orang seperti ini, selalu
menghendaki dirinya dihormati oleh orang lain,disanjung oleh khalayak
ramai, oleh atasannya, bawahannya serta sentiasa meminta diberi pelayanan yang
baik dan selalu merasa minta dihargai.
Rasulullah SAW bersabda:
“Tidak akan masuk neraka, orang yang
di dalam hatinya ada seberat sebiji sawi keimanan, dan tidak akan masuk syurga
yang di dalam hatinya ada seberat biji sawi dari kesombongan.” (Hadis riwayat
Muslim dan Abu Daud)
- Kedua, berlebihan dalam beribadah . Penyakit orang ahli ibadah (seorang abid) yang merasa diri mereka banyak beribadah dibandingkan dengan orang lain sehingga menganggap orang lain tidak mampu beribadah seperti yg mereka lakukan.
Sedangkan mereka terpedaya dengan
tipu daya syaitan. Rasulullah SAW mengingatkan melalui sabdanya:
“Bahwa siapa yang memuji dirinya
sendiri atas suatu amal saleh, berarti sudah tersesat dari rasa syukurnya, dan
gugurlah segala amal perbuatannya.”
Jika kita mempunyai sifat seperti
ini, misalkan menghina orang yang tidak sholat atau ketika melihat orang
berbuat maksiat lantas bergumam dalam hati , “Apa jadinya dengan kamu semua.
Mengapa tidak alim dan shaleh seperti aku,” maka hal demikian adalah dalam
kategori orang yang berpenyakit sombong. Oleh itu, bersegeralah bertaubat
atas hal ini.
- Ketiga sombong karena membanggakan keturunan, asal usul(latar belakang) pendidikan,keluarga mulia/bangsawan, suka menyebut nama gelar2 dunia yg berasal dari nenek moyang yang dulunya dikatakan keramat atau hebat.
·
Keempat merasa diri cantik/tampan dan sempurna dan memandang
orang lain dengan hina, seperti merendahkan ciptaan Allah SWT. hingga
menyindir atau menyebut gelar tidak baik kepada orang lain seperti
pendek, berkulit hitam atau gemuk.
·
Kelima merasa kelebihan HARTA, berbangga diri dengan kekayaan
yang ada, rumah besar, mobil mewah hingga memandang rendah orang yang kurang
berada.
Lihatlah apa yang telah terjadi
kepada Namrud, Firaun, Haman dan Qarun yang mana mereka ini adalah diantara
manusia yang telah diberikan kekuasaan dan kekayaan yang besar di atas muka
bumi tetapi bersikap sombong. Mereka telah kembali kepada Tuhan mereka dengan
keadaan hina. Kekuasaan dan kekayaan mereka lenyap dengan serta-merta apabila
mereka menemui ajal.
- Keenam,sombong karena kekuasaan. Sehingga semua orang dengan mudah dizalimi dan dibuat tidak merasa nyaman atas kesewenang-wenangannya
- ketujuh kata Imam Ghazali, ialah sombong dan berbangga karena banyak pengikutnya, sepertinya orang alim berbangga dengan banyak murid yang memuji.
HUKUM SOMBONG
Sombong haram hukumnya dan termasuk
dosa besar. Ayat2 diatas telah dengan tegas menjelaskannya.dan janganlah kamu
berjalan di muka bumi dengan angkuh” maksudnya janganlah kamu menjadi orang
yang sombong, keras kepala, lagi berbuat semenamena. Jangan kamu lakukan semua
itu yang menyebabkan Allah akan murka kepadamu” (Tafsir Ibnu Katsir 3/417)
Rasul saw bersabda :“Tidak akan
masuk sorga orang yang dalam hatinya ada sifat sombong,
walaupun hanya seberat biji sawi” (Riwayat
Muslim)
Seorang sahabat bertanya kepada Nabi
Saw:“Sesungguhnya seseorang menyukai kalau pakainnya itu indah atau sandalnya
juga baik” Rasulullah Saw bersabda: “Sesungguhnya Allah Swt adalah Maha
Indah dan menyukai keindahan. Sifat sombong adalah mengabaikan kebenaran dan
memandang rendah manusia yang lain” [HR Muslim]
” Dari al-Aghar dari Abu Hurarirah
dan Abu Sa’id, Rasulullah Saw bersabda: “Allah Swt berfirman; Kemuliaan adalah
pakaian-Ku, sedangkan sombong adalah selendang-Ku. Barang siapa yang melepaskan
keduanya dari-Ku, maka Aku akan menyiksanya”. [HR Muslim]
Sesungguhnya mudah bagi
seseorang meninggalkan dosa-dosa besar, namun ada beberapa dosa yang bersifat
halus dan tersembunyi sehingga tidak disadari seseorang, atau kalau pun yang
bersangkutan menyadarinya tetap saja sulit baginya untuk membuangnya. Sebagai
contoh, demam typhus yang merupakan penyakit berat yang diikuti demam tinggi,
bisa segera diobati dengan obat yang tepat, tetapi tuberkulosa yang bekerja
diam-diam tak terlihat malah lebih sulit pengobatannya.
Begitu juga dengan dosa-dosa halus
yang tersembunyi dengan akibat manusia bersangkutan tidak bisa mencapai derajat
keruhanian yang luhur. Bentuknya adalah dosa-dosa akhlak yang menimbulkan
gangguan dalam kehidupan sosial. Perbedaan sedikit saja dalam status sosial
telah menimbulkan kedengkian, kebencian, kecemburuan, kemunafikan dan
ketakaburan dimana seseorang lalu memandang rendah saudaranya. Kalau ada
seseorang yang melakukan shalat secara patut selama beberapa hari dan
orang-orang memujinya karena itu, ia lalu menjadi korban kesombongan dan rasa
harga diri tinggi sehingga kehilangan ketulusan yang sebenarnya menjadi tujuan
pokok daripada peribadatan.
Jika Allah s.w.t. mengaruniakan
kekayaan, pengetahuan, status sosial yang tinggi atau kehormatan, orang
cenderung mulai memandang rendah saudaranya yang lain yang tidak memperoleh
karunia tersebut. Bila karena sifat keras kepala atau rasa permusuhan, hubungan
seseorang dengan saudaranya menjadi buruk, biasanya ia cenderung menyibukkan
dirinya siang dan malam mencari-cari kesalahan saudaranya atau mengadukannya
kepada yang berwenang dengan cerita kelemahan yang dikarang-karang agar ia bisa
menggantikan posisi saudaranya itu, padahal ia sendiri yang mempunyai kelemahan
dimaksud.
Semua itu merupakan dosa-dosa
tersembunyi yang sulit dibuang. Sifat takabur/kesombongan termasuk di dalamnya
dan dimanifestasikan dalam berbagai bentuk. Para pemuka agamapun juga ada yang
menderita penyakit ini berkaitan dengan pengetahuan yang dimilikinya.
Mereka menyibukkan diri sepanjang waktu mencari-cari kesalahan satu sama
lain di bidang intelektual dengan tujuan mempermalukan dan merendahkan yang
lainnya. Sulit sekali mengenyahkan dosa-dosa halus seperti itu padahal termasuk
dosa yang tidak diampuni menurut kaidah Ilahi.
Tidak hanya manusia awam yang
terjangkiti dosa ini, karena juga terdapat pada orang-orang yang biasa
menghindari dosa-dosa umum serta dipandang sebagai ulama, cendekiawan atau
mereka yang berderajat tinggi. Terhindarnya dari dosa-dosa tersembunyi tersebut
bagaikana sejenis kematian. Sampai seseorang lepas dari kegelapan dosa demikian
maka ia tidak akan pernah mencapai kesucian nurani dan menjadi pewaris dari
segala anugerah dan keluhuran yang dikaruniakan Allah s.w.t. kepada mereka yang
telah disucikan kalbunya.
Beberapa orang menganggap dirinya
telah lepas dari keburukan akhlak demikian, tetapi ketika mereka bertemu dengan
orang lainnya, langsung saja mereka bangkit dan tidak mampu menekan perasaan
memandang diri lebih serta ketakaburan mereka dengan memperlihatkan manifestasi
akhlak rendah yang mereka kira telah mereka tinggalkan. Pada saat seperti
itulah akan terlihat bahwa mereka sebenarnya belum lepas dari dosa-dosa
dimaksud dan belum memperoleh kemaslahatan serta masih jauh dari tingkat
kesucian kalbu yang menjadi ciri dari orang-orang muttaqi.
Semua ini menunjukkan bahwa kesucian
akhlak adalah suatu hal yang sangat sulit dicapai dan tak mungkin diperoleh
tanpa rahmat Allah s.w.t. Rahmat demikian bisa diperoleh dengan tiga cara,
yaitu, pertama, berusaha dan berencana, kedua, shalat dan berdoa, dan ketiga,
memelihara silaturrahmi dengan seorang yang muttaqi. (Khutbah-khutbah, hal.
17-18).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar